Cikotok,
nama itu mungkin tidak asing lagi di telinga banyak orang karena semasa
sekolah dulu nama Cikotok selalu tercantum dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai tambang emas terbesar yang ketika itu
masih bagian dari Jawa Barat.
Tapi
coba tanyakan dimana letak Cikotok itu sesungguhnya, mungkin tidak
semua orang tahu sekalipun diminta menunjukkannya di peta, alias kenal
nama tapi ga kenal muka. Jumlah itu kan lebih sedikit lagi bila ditanya
pernahkah anda ke sana?
Tidak dapat disalahkan bila hanya segelintir orang yang mengetahui dimana letak tambang emas Cikotok, terlebih ingin berkunjung
kesana, kecuali hanya orang-orang tertentu saja seperti peneliti atau
mahasiswa jurusan tambang atau pun pekerja tambang itu sendiri. Cikotok
memang bukan destinasi yang populer untuk berwisata. Pasalnya untuk
sampai kesana, harus menempuh jarak sekitar 136 km dengan waktu tempuh
antara 3-4 jam dari Kota Serang. Sebuah perjalanan yang sudah membuat
capek deh duluan. Tapi jangan salah, segala kejenuhan dan kepenatan akan
pupus seketika, coba lihat sepanjang jalan yang dilalui menuju Cikotok
ini menjanjikan pemandangan alam yang luar biasa. Apalagi setelah
melewati wilayah Kecamatan Malingping dan memasuki wilayah Kecamatan
Cihara, mata kita akan disuguhi pemandangan pasir putih dan deburan
besar ombak Samudera Hindia yang terhampar di sisi kanan jalan. Bila
ingin menikmati lebih dekat suasana ”almost paradise” ini anda bisa
menepikan sejenak kendaraan di sebuah dataran yang agak tinggi di daerah
Cihara, dari sini sejauh mata memandang hanyalah hamparan samudera biru
luas bak permadani yang tepiannya nun jauh disana bertemu dengan batas
cakrawala langit.
Sejarah Penambangan
Lepas dari kehangatan
pantai Cihara, menyusuri daerah Panggarangan terus melintasi Bayah,
perjalanan mulai menapaki daerah perbukitan dengan jalan mendaki dan
berliku. Tidak sampai satu jam sampailah kita di Cikotok, sebuah wilayah
di Banten Selatan yang mulai dikenal sejak diketemukan adanya indikasi
endapan emas pada tahun 1839 oleh pemerintah Hindia Belanda. Persiapan
pembukaan tambang emas di Cikotok sendiri baru dimulai pada tahun
1936-1939. Pada tahun 1939 dibangun pabrik pengolahan emas di Pasir
Gombong oleh perusahaan swasta Belanda NV. Mijnbouw Maatschappy Zuid
Bantam (NV. MMZB). Pada tahun yang sama tambang emas Cikotok dan
Cipicung dibuka secara resmi. Produksi tambang terhenti antara tahun
1942-1945 karena pecahnya Perang Dunia kedua dan masa pendudukan Jepang.
Jepang mengambil alih tambang emas Cikotok dengan menunjuk perusahaan
Jepang bernama Mitsui Kosha Kabushiki Kaisha dengan tujuan mengambil
bijih timah hitam dari Cirotan untuk keperluan perang. Semasa
kemerdekaan antara tahun 1945 hingga tahun 1948, tambang emas Cikotok
dikuasai oleh pemerintah RI dibawah Jawatan Pertambangan Pusat Republik
Indonesia. Ketika clash ke dua dengan Belanda, tanggal 23 Desember 1948,
tambang Cikotok kembali dikuasai oleh Belanda sampai pengakuan
kedaulatan pada tahun 1949. Karena keadaan tambang yang rusak berat
selama pendudukan Jepang, dan biaya untuk merehabilitasi kembali
membutuhkan biaya yang sangat besar maka pada tahun 1950 pertambangan
Cikotok dijual oleh NV. MMZB kepada N.V. Perusahaan Pembangunan
Pertambangan (N.V. P3). Selama kurun waktu 1954 hingga 1957 N.V. P3
melakukan rehabilitasi tambang dan pabrik sehingga sejak 1957
pertambangan mulai beroperasi lagi dengan pusat pertambangan di Cikotok
dan Cirotan. Tahun 1991 ditemukan deposit emas baru di daerah Cikidang.
Setelah melalui pekerjaan persiapan, penambangan dan perbaikan pabrik
pengolahan, produksi pun dimulai pada pertengahan tahun 1997.
Hasil Produksi
Pabrik
pengolahan batu bijih terletak di desa Pasir Gombong yang berjarak
sekitar 5 km dari kantor Aneka Tambang Cikotok. Batu bijih yang dibawa
dari tambang diolah melalui lima tahapan, yakni pra olahan, dimana bijih
besi digerus dan digiling halus oleh mesin penggiling berputar
berukuran raksasa yang di dalamnya dimasukkan peluru penggiling. Sesudah
halus, lalu ke tahap sianidasi yaitu pelarutan logam Au dan Ag dalam
media larutan sianida, kemudian disaring melalui proses filtrasi dengan
beberapa bak penampung dengan ukuran yang tidak kalah besar. Tahap akhir
adalah presipitat. Presipitat yang mengandung emas dan perak yang
dikonsentrasi akan dibawa ke tempat pemurnian logam mulia. Jangan
dibayangkan emas yang dihasilkan berupa butiran-butiran emas seperti
yang kita kira, melainkan berupa serbuk-serbuk emas yang dikumpulkan di
laboratorium. Melalui proses kimia, butiran-butiran halus emas tersebut
dapat menyatu dan terakumulasi. Kebutuhan air dalam pemrosesan bijih
emas dipasok dari sungai Cimadur yang mengalir di belakang pabrik.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan listrik baik bagi pabrik maupun
perumahan di sekitar desa Pasir Gombong diperoleh dari PLTA Pasir
Gombong.
Fungsi Sosial
Dari gambaran di atas, mungkin
terbayang bagaimana sulitnya akses jalan untuk dapat sampai ke Cikotok
dengan keterbatasan infrastruktur yang ada ketika itu. Tetapi dengan
adanya jalur kereta api merupakan transportasi utama yang membuka
hubungan lalu lintas manusia dan barang dengan daerah luar. Dengan
adanya pertambangan di daerah terpencil dan tergolong tidak subur ini
berdampak besar kepada kemajuan kondisi sosial ekonomi masyarakat
setempat dan membantu perkembangan daerah sekitarnya. Pihak tambang pun
menyediakan fasilitas-fasilitas perusahaan bukan hanya untuk kepentingan
karyawan tambang, tetapi juga untuk masyarakat umum sekitarnya, seperti
fasilitas kesehatan perusahaan yang ketika itu memiliki rumah sakit
dengan peralatan terbaik di Banten Selatan lengkap dengan tenaga dokter
terlatih. Termasuk aliran listrik untuk keperluan rumah dan persediaan
air bersih serta instalasinya, semua diberikan secara cuma-cuma oleh
perusahaan.
Perusahaan tambang emas Cikotok menjadi pionir pembukaan
jalur darat satu-satunya sepanjang 50 km ke arah Banten Selatan yang
menghubungkan Cikotok, Bayah dan Malingping yang merupakan urat nadi
perekonomian daerah di Selatan Banten. Sejak akhir tahun 1965,
perusahaan membuka jalur transportasi darat dengan menggunakan bus
perusahaan sepanjang 120 km yang menghubungkan antara Cikotok dengan
Sukabumi.
Masa Depan Cikotok
Saat ini kekayaan bumi
Cikotok sudah mulai menipis, sehingga tambang Cikotok memasuki periode
yang diistilahkan sebagai masa pasca tambang karena kadar emas yang
diperoleh dari bijih emas sudah menurun. Satu persatu peralatan produksi
sudah mulai dibongkar untuk dikurangi, seperti Lori Kabelbaan, yaitu
pengangkut batu bijih ke pabrik pengolahan Pasir Gombong sudah
diamankan, selain pertimbangan faktor keselamatan juga untuk
mengamankannya dari tindakan pencurian kabel dan besi-besi tua.
Pengangkutan batu bijih dari tambang Cikidang ke pabrik pengolahan di
desa Pasir Gombong saat ini cukup dilakukan dengan truk-truk pengangkut.
Cikotok
dan wilayah tambang di sekitarnya mungkin sudah tidak bernilai ekonomis
tinggi lagi. Tetapi Cikotok sesungguhnya baru memasuki babak baru dari
sebuah episode panjang perjalanan sebuah wilayah yang dahulunya bukan
apa-apa, lalu menjadi sebuah daerah terbuka yang kaya, kemudian
perlahan-lahan menurun seiring berkurangnya deposit mineral berharga di
dalamnya. Banyak potensi besar yang menanti untuk dikembangkan untuk
membuka lembaran baru sejarah sebuah kota emas.
Untuk Informasi Harga Emas dan Perak dapat menghubungi nomor berikut
SMS TIDAK AKAN DIBALAS !!!!!!!!!!!! SILAHKAN TELP !!!!!!
Emas & Perak Tradisional
www.emasdanperaktradisional.blogspot.com
Jl. Harapan Mulia VI / No.14B Rt. 008/05
Kel. Harapan Mulia Kec. Kemayoran
Cempaka Putih Utara
Jakarta Pusat
Telepon. 021-94348338 / 021-70755444 / 081806647575
Untuk Informasi Harga Emas dan Perak dapat menghubungi nomor berikut
SMS TIDAK AKAN DIBALAS !!!!!!!!!!!! SILAHKAN TELP !!!!!!
Emas & Perak Tradisional
www.emasdanperaktradisional.blogspot.com
Jl. Harapan Mulia VI / No.14B Rt. 008/05
Kel. Harapan Mulia Kec. Kemayoran
Cempaka Putih Utara
Jakarta Pusat
Telepon. 021-94348338 / 021-70755444 / 081806647575